Jumat, Juni 14, 2024

"Menapak di Bawah Bayang-Bayang Buldozer: Ketabahan di Tengah Ambisi dan Dendam"

(Gambar Sekedar ilustrasi keadaan)

Hari itu cerah. Matahari memancarkan sinarnya yang hangat, menemani setiap langkahku di jalan yang sudah kulalui berkali-kali. Namun, sebuah pemandangan yang tak biasa menghentikan perjalananku. Di hadapanku, sebuah buldozer besar tengah meratakan tumpukan material di tepi jalan, menghalangi jalanku.


Aku berhenti sejenak, mengamati pemandangan itu. Suara gemuruh mesin yang menggerakkan buldozer terdengar begitu dominan, seolah-olah tidak ada yang bisa menghentikannya. Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya sebuah gangguan kecil dalam perjalanan mereka. Namun, bagi diriku, buldozer ini adalah sebuah gambaran nyata dari Seseorang yang semaunya sendiri. Mereka yang merasa memiliki kekuatan untuk menentukan arah dan nasib orang lain tanpa mempertimbangkan perasaan dan kepentingan mereka.


Pikiran ini membuatku teringat pada ungkapan lama, "Benar mukul, salah ya tetap mukul". Mereka yang berada di posisi atas, yang merasa memiliki kendali penuh, sering kali bertindak sewenang-wenang. Tak peduli benar atau salah, yang penting mereka tetap memukul, tetap mendikte arah hidup orang lain tanpa peduli pada kerusakan yang mereka sebabkan.


Namun, di tengah kerumitan ini, aku berusaha untuk tetap tabah. Aku tahu, segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari kudrat Illahi. Dengan segala kesulitan yang ada, aku mencoba untuk tetap berbaik sangka. Mungkin ini adalah ujian yang harus aku lewati, sebuah pelajaran hidup yang akan membuatku lebih kuat dan bijaksana di masa depan.


Hanya do'a dan pinta yang aku sandarkan pada Tuhan. Di setiap langkah yang terhenti, di setiap rintangan yang menghadang, aku selalu memohon petunjuk dan kekuatan dari-Nya. Aku yakin, di balik setiap kesulitan, pasti ada kemudahan yang telah Dia siapkan. Dan dengan keyakinan itu, aku melangkah kembali, mencari jalan lain yang mungkin lebih sulit namun tetap memberi harapan.


Perjalanan ini mungkin terhenti sementara, tetapi semangatku tidak pernah padam. Aku akan terus berjalan, dengan doa dan harapan yang selalu menyertai setiap langkahku. Sebab aku tahu, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang selalu berbaik sangka dan berserah diri pada-Nya.


Namun, kenyataannya tak semudah itu. Aku harus menanggung ambisi mereka dalam meraih kepuasan dan dendam pribadi. Seolah hidup ini adalah panggung sandiwara di mana aku menjadi tokoh figuran yang hanya mengisi latar, sementara mereka berperan sebagai pemeran utama yang menentukan segala alur cerita. Setiap keputusan yang mereka buat, setiap tindakan yang mereka ambil, semuanya dipenuhi oleh kepentingan dan ambisi pribadi.


Aku merasakan beban yang semakin berat di pundakku. Setiap hari terasa seperti pertempuran yang tak berkesudahan. Setiap langkah yang kuambil, selalu ada hambatan yang mereka ciptakan. Tapi, aku tak pernah berhenti berusaha. Dalam diam, aku berjuang. Dalam sepi, aku berdoa. Aku tahu, Tuhan selalu mendengarkan doaku, meski jawaban-Nya mungkin belum tiba.


Sering kali, aku merasa lelah. Tapi kemudian aku teringat akan nasihat bijak yang pernah kudengar, "Kesulitan adalah guru terbaik dalam hidup." Dan memang benar, dalam setiap kesulitan yang kuhadapi, selalu ada pelajaran berharga yang bisa kupetik. Mereka mungkin berpikir bahwa dengan menghancurkan jalanku, mereka bisa menghentikan langkahku. Tapi mereka lupa, aku punya kekuatan yang tak terlihat, kekuatan dari doa dan keyakinan.


Aku memilih untuk tidak membalas dendam atau menunjukkan kebencian. Bagiku, membalas dendam hanya akan menambah luka, bukan menyembuhkan. Sebaliknya, aku memutuskan untuk menghadapinya dengan ketabahan dan kesabaran. Setiap hari, aku belajar untuk menjadi lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih sabar. Aku percaya, Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya.


Hari-hariku mungkin penuh dengan tantangan dan rintangan, tapi aku yakin, di balik semua ini, ada rencana indah yang Tuhan siapkan untukku. Sebab Tuhan selalu punya cara untuk menggantikan setiap kesulitan dengan kemudahan, setiap air mata dengan senyuman, dan setiap perjuangan dengan kemenangan.


Dengan semangat yang tak pernah padam, aku melangkah maju. Meski buldozer itu terus beroperasi, meratakan segala yang ada di depannya, aku tetap berdiri teguh. Aku mencari jalan lain, menapaki jalur yang mungkin lebih sulit tapi penuh dengan harapan. Karena aku tahu, di setiap ujung jalan yang penuh rintangan, selalu ada cahaya terang yang menunggu.


Aku percaya, suatu hari nanti, mereka akan sadar bahwa kekuatan sejati bukanlah tentang menguasai orang lain, melainkan tentang menguasai diri sendiri. Dan pada saat itu, aku akan berdiri dengan bangga, mengetahui bahwa aku telah melewati semua ini dengan penuh ketabahan dan keikhlasan.