Senin, November 29, 2021

Ngaji. . Ngaji. .Ngaji

Ngaji

Disuatu saat kang Qomar pas membuka beranda sosmed tiba-tiba terlihat postingan seorang kawan "Ngaji.....Ngaji. ....Ngaji", begitu saya cari tahu ternyata itu adalah dawuh dari salah satu Kiyai ternama di jajaran petinggi PWNU Jawa Timur yakni beliau KH. Marzuki Mustamar. 


Sontak saat itu kang Qomar langsung teringat pesan salah seorang kiyainya, saat dia mau pamit boyong dulu, yakni KH. Abdul Hanan Maksum Kwagean, saat itu beliau dawuh "sampean ampun boyong riyen, seng sae pindah ngaji mawon teng ndaleme piyambak" (Kamu jangan pulang dari pondok dulu, sebaiknya pindah ngaji di rumah sendiri saja). Sebuah pesan sederhana yang mengandung kedalaman makna yang sangat luar biasa dan mengena. 


Yah, tepatnya saat itu bahkan sampai saat ini kang Qomar adalah Santri yang ngemban dawuh Kiyai untuk ngaji di rumahnya dan daerah sekitarnya. 


Dawuh Kiyai.

Sebagaimana dawuh dawuh kiyai pada umumnya kepada Santri, Ngaji adalah bagian terpenting yang harus direalisasilam baik ketika masih di pondok terlebih ketika sudah pulang dari pondok. Diantara dawuh dawuh kiyai yang menyemangati kang Qomar adalah;


Dawuh nya KH. Abdul Karim Lirboyo " Yang penting NGAJI !!! Walaupun anaknya seorang tukang ngarit tapi mau ngaji, ya akan pinter. Anaknya orang alim tapi tidak mau ngaji, ya tidak akan pinter. YANG PENTING NGAJI SING TENANAN". 

Dalam kesempatan yang lain Gus Maksum juga dawuh "Banyak orang yang ilmunya sedang-sedang saja tapi betapa hebat manfaat & barokahnya karena ditunjangi oleh sifat tawadhu' dan banyak khidmah tholabul 'ilmi. - KH. Makshum Jauhari.


Dari dawuh-dawuh beliau itulah semangat kang Qomar senantiasa terbarukan manakala terpaan ujian dalam perjalanan dakwah menderanya. 


Karena senyatanya Kang Qomar adalah hanya seorang santri kampung yang bukan keturunan kiyai dan bukan dari golongan orang yang alim dalam keilmuan. Dari sisi sikap Kang Qomar juga masih tergolong Santri yang masih "mbedudul" (kurang adab).


Ngaji semampunya, bukan semaunya. 

Oleh Karenanya hanyalah ihtiar Ngaji dan ngaji yang kang Qomar lakukan sebagai Santri kampung yang tidak Alim dan masih kurang adab.


Hal itu sebagai wujud realisasi mengemban amanah dari para Kiyai, dengan harapan keberkahan di dapatkan, baik keberkahan dirinya, anak keturunannya, keluarga nya di dunia ini maupun di alam baqo' kelak.


Dalam praktik berikutnya kang Qomar tak muluk-muluk, sebagai wujud realisasi dawuh para kiyai kang Qomar mengajar dan membuka kajian di kampungnya dengan mengajar baca tulis Al-Quran kepada anak-anak warga masyarakat di kampungnya.  


Hari demi hari hal ini terus di lakukan dengan ihtiar sesuai kemampuan, tidak "ngoyo" (memaksakan diri). 


Istiqomah lebih baik dari seribu karomah.

Walau terkadang situasi dan kondisi tidak senantiasa berpihak pada kang Qomar, namun dengan kebesaran hatinya kang Qomar tetap terus menjalankan amanah para kiyainya untuk tetap Istiqomah "Ngaji".


Hal ini ternyata juga selaras dengan dukungan sang istri yang dengan setia dan semangat mendukung kegiatan kang Qomar dalam wujud dan bentuk membantu proses pengajian di rumahnya.


Di harapkan dari semua kegiatan yang dilakukan bisa menjadi pijakan agar mendapatkan karomah dalam kehidupan dunia dan akhirat bagi kang Qomar dan semua keturunannya.