Sabtu, Desember 04, 2021

Ada Pelajaran dibalik Setiap Kejadian

Ada Pelajaran dibalik Setiap Kejadian

Pagi itu terasa amat sangat cerah dan terasa amat semangat memacu kang Qomar untuk berangkat ngaji.


Sebagaimana biasa rutinitas yang kang Qomar lakukan di hari hari sebelumnya, pagi itu kang Qomar  bersiap siap untuk mengisi kajian yang diadakan oleh rekan rekanita IPNU/IPPNU Kalangan.


Segala persiapan mulai kang Qomar  lakukan, Materi,  laptop, HP sebagai kamera,  Triport, dan setelah semua sudah masuk dalam tas selanjutnya berangkaaaaat.


Setelah sekitar satu jam menempuh perjalanan kawasan hutan bermakadam  kang Qomar sampailah di lokasi kegiatan, tepatnya di Masjid Baitul Khikmah dusun Bandung Kalangan.


Selain kader IPNU/IPPNU dari desa Kalangan, hari itu hadir juga kader IPNU/IPPNU  dari desa tetangga yang masih satu kecamatan yakni kader IPNU/IPPNU dari desa Margomulyo dan Meduri.


IPNU/IPPNU adalah sebuah Badan Otonom NU, sebuah Ormas Islam Terbesar di Indonesia, yang menjadi wadah dakwah para pelajar dan santri.


Sesampainya kang Qomar dilokasi kegiatan disambut oleh panitia, dan sebagaimana biasa para kader muda itu bersalam-salaman dengan kang Qomar secara bergantian.


Sambil menunggu teman yang lain datang dan sebelum acara dimulai mereka ngobrol santai  dan guyong ringan. Nuansa kedekatan dan kekerabatan amat sangat terasa di antara mereka dengan Kang Qomar.


Setelah waktu berselang agak lumayan lama, tibalah pembawa acara memberikan waktu special kepada kang Qomar untuk menyampaikan materi kajiaannya. Perlahan kang Qomar beranjak dari tempatnya menuju singgasana yang di siapkan panitia.


Satu persatu rangkaian materi kajian disampaikan kang Qomar, dan dengan khidmad para peserta mengikuti, walau senyatanya ada yang masih konsen dengan HP mereka bahkan ada juga yang khusuk bertabur ngantuk.


Setelah sekitar satu jam kang Qomar menyampaikan materi dan dirasa cukup, tibalah saatnya kang Qomar mengahiri acara.


Dalam sesi yang terahir ini biasanya dilanjut dengan ramah tamah dengan para tokoh setempat, setelah ramah tamah dirasa cukup dan waktu sudah agak sore  kang Qomarpun ahirnya berpamitan untuk pulang.


Selang beberapa minggu kemudian, pagi itu kang Qomar sedang santai di Aulanya yang biasa digunakan Pengajian bersama masyarakat sekitar. Tiba-tiba HP kang Qomar berdering dan setelah dilihat ternyata salah seorang saudara kang Qomar Telpon.

“Kang Njenengan kontak terahir dengan bang Tegor kapan ?”

“Aku terakhir kontak dengan bang Tegor sekitar dua minggu yang lalu”, jawabku.


Bang Tegor adalah salah seorang kader yang biasa mengikuti kegiatan kajian kang Qomar dan yang paling akrab dengan kang Qomar.


“Al-hamdulillah kalau begitu kang, Maaf ini perlu saya informasikan bahwa hari ini telah dilakukan pemeriksaanTim Satgas Covid-19 , terhadap Bang Tegor dan ternyata hasil tes swabnya positip terpapar, dan saran saya sementara waktu kang Qomar Istirahat dulu njeh dari aktifitas biasanya (Kajian)”.


Saat itu kang Qomar terkejut dan tak bisa bicara bahkan tak mampu mengeluarkan kata-kata selain berucap pada orang yang bicara dalam telepon di ujung jauh sana, “Ia dek matur suwun atas informasi dan sarannya”


Tak berselang lama kabar lain pun bersambut bahwa beberapa warga desa kang Qomar juga banyak yang terpapar.


Seakan hari itu dan hari-hari berikutnya suasana di kampung teraa amat horor dan smakin horor karena hampir setiap hari bahkan terkadang sehari sampai ada tiga kali kabar duka kematian (Inna Lillah wa innal ilaihi roji’un).


Dalam proses perjalanan kehidupan berikutnya kang Qomar dan warga masyarakat lainnya harus bisa beradaptasi dengan Kenormalan baru yang dirasa sangat tidak normal di waktu-waktu sebelumnya.


Mulai saat itu semua warga harus membiasakan cuci tangan saat mau kemana dan habis dari mana.


Mulai saat itu semua orang harus memakai masker ke mana saja bahkan ketika bercengkerama dengan keluarga.


Mulai saat itu semua orang dilarang berkerumun bahkan bertemu orang lain apalagi orang asing.


Sebagai seorang aktifis dakwah di wilayah pedalaman, kang Qomar serasa ingin berontak karena apa yang dia lakukan baru separoh jalan, belum sampai pada puncak keberhasilan.


Masih banyak saudara-saudara kang Qomar di wilayah yang tak tersentuh oleh para pendakwah tersohor negeri ini membutuhkan kehadirannya.


Namun dari semua rasa yang membuncah dalam hati kang Qomar, sampailah pada puncak kesadaran haq yang meredam dan ahirnya menerangi Qolbu kang Qomar.


Bahwa senyatanya balak berupa pandemi Covid-19 bukan balak kusus yang menimpa warga di RT kampung Kang Qomar saja, melainkan suatu bencana global yang menimpa seluruh umat manusi di muka bumi ini.


Dan dari kenormalan baru yang berlaku dan bahkan terkesan sangat memaksa ini, mungkin Alloh memberikan sebuah kajian alami agar mampu dibaca oleh setiap Insan di muka bumi.


Bisa jadi kenormalan baru ini bagian ayat yang tersirat yang dipaksakan oleh Alloh kepada kita untuk mau  melihat, mendengar dan seterusnya menjalankan.


Karena senyatanya ayat yang tersurat yang di sampaikan Alloh melalui lesan para ‘Alim selama ini selalu terabaikan dan hanya menjadi bahan perdebatan.


Bila saat ini kita dipaksa bermasker menutup mulut, bisa jadi senyatanya bahaya besar akan muncul manakala kita buka mulut yang ternyata lebih fasih mencaci dengan balutan ayat suci.


Bila saat ini kita dilarang berkerumun, bisa jadi karena hasil investigasi Alloh membuktikan bahwa kerumunan yang kita lakukan bersama sahabat, saudara kita selama ini lebih besar kadar ghibahnya daipada kadar ibadahnya.


Bila saat ini kita dilarang bertemu keluarga (bersilaturrohim), bisa jadi sesuai kajian data dan fakta dari malaikat yang di tugaskan Alloh mengawasi kita membuktikan, bahwa silaturrohim kita kepada sanak saudara bukan mempunyai bobot penigkatan hubungan kekeluargaan.


Namun malah merupakann serangkain upaya mengusik atau bahkan merupakan misi untuk mengungkit warisan tak sepadan yang tak selayaknya diwariskan.


Dari serangkaian kajian batin yang melintasi bahkan memenuhi Qolbu kang Qomar ini, sampailah pada puncaknya, kang Qomar menyadari bahwa sejatinya pandemi ini adalah sajian kajian alami sebagai sarana evaluasi diri dari Illahi.

Dan dalam kesempatan sebelumnya kajian ini telah tersampaikan namun selalu terabaikan, Maka tiada kata yang patut terucap selain ber I’tibarlah.

#dbc

Ban Depan Meledak

  Ban Depan Meledak

Duarr grobyak sruaaaak ! Itulah penggalan ingatan dari sebuah peristiwa yang sempat teringat oleh kang Qomar di malam itu.


Kejadian itu berawal saat Ia akan berangkat memenuhi undangan pengajian di desa sebelah.


Dalam perjalananya malam itu tiba-tiba diwarnai mendung hitam dan angin kencang yang seakan berada di atas pecinya.


Seketika dalam benak pria ini terbesit untuk menggeber gas motornya, dengan harapan agar bisa sampai di tempat pengajian dengan tidak kehujanan.


Tak ayal lagi melesatlah motor pria yang tak muda lagi itu bak pembalap, yang seakan ingin beradu cepat dengan angin yang bergemuruh mengiringi datangnya hujan malam itu.


Sampai-sampai Omi dan Nanang yang mengikutinya ketinggalan jauh di belakang tak mampu mengejar motor stengah tua yang ditunggangi kang Qomar.


Dalam gelap malam dipenghabisan hutan tiba-tiba "duarrr grobyak sruaaaaak", ban motor kang Qomar meledak setelah menendang lubang jalan cor yang rusak dan kemudian akhirnya pun membuatnya jatuh.


Tak berapa lama kemudian Omi dan Nanang sampai di tempat kejadian, dan melihat orang yang di kawalnya jatuh terkapar bersimbah darah tertindih motor.


Sambil meneteskan air mata secara perlahan mereka berdua berusaha mengangkat motor dan menolong pria humoris yang kini terlihat meringis menahan rasa sakit yang semakin kritis untuk mendapatkan perawatan medis atas luka yang ada pada tubuhnya.


Selang beberapa lama sampailah kang Qomar di rumahnya, dan dia merasa kaget setelah melihat saudara dan tetangga mengelilinginya, dalam hatinya bertanya-tanya, apa gerangan yang sedang terjadi pada dirinya di malam itu ?


Lebih kaget lagi banyak dari para jamaah pengajian yang sedianya akan ia datangi malam itu berkumpul ada di sekitarnya.


Dan semakin kaget lagi setelah dia melihat kakinya sebelah kanan terasa berat dan dililit perban.


Secara perlahan kesadaran pria ini  pulih, mulailah kepingan ingatanya terkumpul lengkap dalam benaknya, barulah ia ingat akan kejadian di awal malam itu, bahwa dia tidak jadi menghadiri undangan pengajian karena jatuh kecelakaan dalam perjalanan berangkat.


"Semoga kang Qomar segera sembuh dari berbagai sakitnya", doa dan pengharapan dari para pengasihnya setiap hari masuk melalui pesan WhatsApp nya.


Mulai malam itu dan hari-hari berikutnya Sosok yang biasanya terlihat tegar kini harus terkapar menikmati dan menjalani kehidupannya di atas ranjang bersama keluarga dan teman serta saudara tercintanya  sampai hampir dua bulan lamanya.


Mulai saat itu berlanjut kehari berikutnya seakan Tuhan memberikan remidi materi kajian yang mungkin diabaikan kang Qomar di hari sebelumnya.


Mulai malam itu berlanjut kehari berikutnya sosk yang dikenal sebagai kader militan ini menjalani proses penyembuhan, bukan hanya penyembuhan luka di kakinya tapi sekaligus luka di hatinya.


Luka akibat keangkuhan diri yang berakibat membuat sakit di hati dan melumpuhkan pikiran, sehingga tak mampu melihat dan mensyukuri kebaikan orang terkasih yang diterima dan dirasakan setiap waktu selama ini.


Berbagai macam kemudahan dalam mendapat kenikmatan Tuhan hanya berlalu begitu saja tanpa ada rasa ingin untuk mentadaburi, namum bahkan terkadang sering mengingkari.


Dalam masa penyembuhan itu kang Qomar juga disajikan sebuah kajian robani berupa insan-insan  kamil yang tak henti hentinya menunjukkan uswahnya.


Orang-orang biasa yang sangat menghargai pertemanan, persahabatan dan persaudaraan yang dilakukan dengan cara yang sangat luar biasa.


Dari rangkaian peristiwa yang dilaluinya ditemukan sebuah inti pengajaran bahwa ketulusan dalam menjalankan sebuah amaliah terlebih sebuah perjuangan,  haruslah menjadi pondasi utama, bukan sekedar basa basi penghias aksi.


Dalam hal tulus ini dia bukan mau berilusi  tentang ahlaq suci para sufi, karena hal itu terlalu tinggi untuk sekadar di bicarakan oleh orang sekelas kang Qomar.


Namun ada pesan istimewa baginya dalam memaknai pentingnya ketulusan dalam setiap perjuangan yang di lakukan.


Yakni adanya perasaan damai dan ketenangan di saat terjadi hal fatal yang tidak diinginkan, serta adanya kesadaran bahwa sesungguhnya yang terjadi adalah bagian dari apa yang dia cita-citakan.


Atau setidaknya dapat disadari  senyatanya di saat terjadi kondisi seperti itu akan menjadi tidak pantas bila mengeluh, atau mengaduh pada selain diri sendiri dan Tuhannya.


Dalam hening mujahadah kesembuhanya, kang Qomar menemukan buliran bening mengalir dari kedua matanya yang selama ini telah lama mengering karena tertimpa dan tertempa oleh panasnya api ambisi duniawi.


Buliran bening itu mengalir membasahi pipi sekaligus membasuhi hati, membasuh angkuh dan menyeka tulus agar tak lagi mudah putus.


Dalam hening itu ia dapatkan pengajaran akan pentingnya ketulusan dalam menjadi pondasi utama sebuah perjuangan, yang bukan hanya sekedar teori yang menghias dalam setiap orasi, namun harus benar benar kuat menghujam tertancap dalam hati sanubari yang menyatu dalam setiap aksi.


#dbc