Selasa, Oktober 29, 2024

Bahaya Perundungan di Kalangan Anak

Makalah: Bahaya Perundungan di Kalangan Anak

Oleh: Badrun

 

Pendahuluan

Perundungan atau bullying menjadi masalah serius di kalangan anak yang berdampak luas terhadap perkembangan fisik dan mental mereka. Perundungan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk fisik, verbal, dan sosial, serta di lingkungan daring atau cyberbullying[1]. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi korban secara individual tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak sehat di sekolah dan komunitas.

Perundungan atau bullying merupakan salah satu isu serius yang tengah dihadapi oleh kalangan anak-anak serta remaja saat ini. Fenomena ini memiliki dampak yang sangat luas dan signifikan terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Bullying dapat menimpa siapa saja dan terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara fisik seperti pemukulan atau penyerangan, verbal seperti ejekan atau penghinaan, maupun sosial seperti pengucilan dari kelompok. Selain itu, dengan kemajuan teknologi, bullying kini juga marak terjadi melalui platform digital, yang dikenal dengan istilah cyberbullying[2].

Dampak dari perundungan ini tidak hanya dirasakan oleh korban secara pribadi, tetapi juga memengaruhi dinamika sosial di sekitarnya. Lingkungan belajar seperti sekolah dapat berubah menjadi tempat yang menakutkan dan tidak aman bagi anak-anak, sementara komunitas atau lingkungan sosial mereka dapat menjadi kurang mendukung. Kondisi ini, pada akhirnya, menghambat perkembangan sosial dan emosional anak, mengurangi rasa percaya diri, dan memicu berbagai masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Lebih jauh lagi, perundungan yang tidak ditangani dengan baik dapat berdampak jangka panjang, memengaruhi kualitas hidup korban hingga saat dewasa. Anak-anak yang menjadi korban perundungan sering kali membawa traumanya hingga dewasa, yang dapat berkontribusi pada perilaku antisosial, performa akademis yang buruk, dan masalah interaksi sosial[3].

Pentingnya menangani isu ini dengan serius memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak, termasuk orang tua, pendidik, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas. Meningkatkan kesadaran dan membangun mekanisme dukungan yang efektif menjadi krusial agar dapat menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang. Dengan pendekatan yang tepat dan berkelanjutan, kita bisa berharap untuk meminimalisir dampak buruk dari perundungan ini serta memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

 

Definisi Perundungan

Perundungan adalah tindakan negatifif yang dilakukan secara berulang oleh satu atau lebih anak terhadap anak lain yang dianggap lebih lemah atau kurang berdaya[4]. Tindakan ini bisa berupa kekerasan fisik, ejekan, ancaman, penyebaran rumor negatif, dan pengecualian dari kelompok sosial. Dengan kemajuan teknologi, perundungan juga bisa terjadi melalui media sosial dan aplikasi pesan instan, dikenal sebagai cyberbullying.

Perundungan, atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying, adalah suatu tindakan agresif yang dilakukan secara berulang oleh satu atau lebih individu terhadap seorang individu lain yang dianggap lebih lemah atau kurang berdaya. Perilaku ini biasanya melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban, di mana si pelaku menggunakan kekuatannya untuk menindas dan menimbulkan rasa takut pada korban.

 

Tindakan perundungan dapat berbentuk kekerasan fisik seperti memukul, menendang, atau mendorong. Namun, bentuk perundungan tidak selalu bersifat fisik. Ejekan, ancaman, atau penghinaan secara verbal juga termasuk dalam kategori ini. Selain itu, penyebaran rumor negatif yang bertujuan merusak reputasi korban dan pengecualian dari kelompok sosial yang menyebabkan korban merasa terisolasi merupakan manifestasi lain dari perundungan sosial.[5]

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, perundungan telah meluas ke ranah digital, menciptakan bentuk baru yang disebut cyberbullying. Cyberbullying terjadi melalui penggunaan media sosial, aplikasi pesan instan, dan platform digital lainnya. Tindakan ini dapat mencakup pengiriman pesan-pesan yang melecehkan, penyebaran informasi pribadi yang memalukan, hingga manipulasi digital lainnya yang bertujuan merugikan korban.

Perundungan tidak hanya menyebabkan kerugian fisik tetapi juga menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi korban. Rasa takut, kecemasan, dan depresi adalah beberapa dampak emosional yang sering dialami oleh korban perundungan. Selain itu, anak-anak yang mengalami perundungan mungkin kesulitan dalam berinteraksi sosial, menunjukkan ketidakstabilan emosional, dan mengalami penurunan prestasi akademis.[6]

Mengingat kompleksitas dan berbagai bentuk yang dapat diambil, perundungan memerlukan perhatian dan penanganan yang komprehensif. Langkah-langkah pencegahan dan intervensi harus melibatkan keterlibatan aktif orang tua, pendidik, serta pemangku kepentingan lainnya. Pendidikan tentang empati, resolusi konflik, dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab menjadi penting dalam upaya mengurangi insiden perundungan dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak.

 

 

Dampak Perundungan terhadap Anak

Perundungan memiliki dampak yang sangat merugikan bagi anak-anak yang menjadi korban. Dampak ini tidak hanya terbatas pada saat perundungan terjadi, tetapi dapat berlanjut dan membekas hingga masa dewasa. Berikut adalah paparan lebih mendalam mengenai dampak-dampak tersebut:

1.       Dampak Psikologis

Dampak Psikologis: Anak yang menjadi korban perundungan seringkali mengalami rasa takut, cemas, dan rendah diri. Mereka mungkin merasa terisolasi dan mengalami depresi. Dalam jangka panjang, dampak psikologis ini dapat mengganggu kesehatan mental dan menyebabkan gangguan emosional yang lebih serius.[7]

Anak-anak yang menjadi korban perundungan sering kali merasakan berbagai masalah psikologis yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka. Perundungan dapat menimbulkan rasa takut dan cemas yang berkepanjangan. Anak-anak ini mungkin merasa tidak berdaya dan rendah diri, serta mengalami penurunan harga diri yang signifikan. Perasaan terisolasi dari teman sebaya dapat memperburuk perasaan kesepian dan menjadi pintu masuk bagi depresi. Apabila tidak ditangani, dampak psikologis ini bisa berkembang menjadi gangguan emosional yang lebih serius seperti gangguan kecemasan berat dan stres pascatrauma (PTSD). Dalam jangka panjang, perundungan dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

 

2. Dampak Akademis

Dampak Akademis: Anak yang diintimidasi cenderung kehilangan minat untuk belajar. Mereka mungkin mengalami penurunan prestasi akademis, sering absen, atau bahkan putus sekolah akibat ketidaknyamanan dan tekanan di lingkungan belajar.[8]

Secara akademis, perundungan mempengaruhi motivasi dan kemampuan belajar anak. Anak yang menjadi korban sering kehilangan minat untuk bersekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas. Ketidaknyamanan dan tekanan yang dirasakan di lingkungan belajar dapat mengakibatkan penurunan prestasi akademis. Anak-anak ini cenderung lebih sering absen karena merasa lingkungan sekolah yang seharusnya mendukung telah berubah menjadi tempat yang menakutkan. Dalam kasus yang lebih parah, korban perundungan mungkin memilih untuk putus sekolah sebagai cara untuk menghindari konfrontasi dan pelecehan yang berkelanjutan. Dampak ini bisa mempersempit peluang mereka di masa depan dan mempengaruhi pilihan karier mereka.

 

3. Dampak Sosial

Dampak Sosial: Perundungan dapat mengganggu kemampuan sosial anak, membuat mereka merasa terasing dan sulit untuk berintegrasi dengan rekan-rekan sebaya. Ini bisa berdampak buruk terhadap perkembangan keterampilan sosial dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.[9]

Dampak sosial dari perundungan juga sangat signifikan. Anak-anak yang diintimidasi sering merasa terasing dari kelompok sosial mereka. Pengalaman ini dapat mengganggu perkembangan keterampilan sosial yang penting untuk keberhasilan interaksi dengan orang lain. Anak-anak mungkin menjadi lebih tertutup, menghindari pergaulan, dan merasa sulit untuk membangun hubungan baru atau mempercayai orang lain. Dampak jangka panjangnya, mereka bisa menghadapi masalah dalam bekerja sama dan berkolaborasi dalam tim saat dewasa. Perasaan keterasingan ini juga bisa membuat anak mengalami kesulitan dalam berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.

Melihat berbagai dampak yang serius dan berkepanjangan tersebut, penting bagi para pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan inklusif bagi anak-anak. Intervensi yang tepat dan kebijakan yang efektif dapat membantu mengurangi insiden perundungan dan membantu korban untuk pulih dan berkembang dengan baik.

 

Pencegahan Perundungan

Pencegahan adalah kunci untuk meminimalkan dampak negatif perundungan.[10] Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Menyadarkan anak-anak, guru, dan orang tua tentang bahaya perundungan serta mengajarkan toleransi, empati, dan keterampilan sosial.

a.       Menyadarkan Bahaya Perundungan: Pendidikan dan kesadaran sejak dini sangat penting agar anak-anak memahami bahaya perundungan, baik dampaknya terhadap korban maupun konsekuensi hukum dan sosial bagi pelaku. Kampanye melalui kurikulum sekolah atau program edukasi khusus dapat membantu anak-anak memahami bahwa perundungan adalah tindakan yang salah dan berdampak buruk.[11]

b.       Mengajarkan Toleransi dan Empati: Anak-anak perlu diajarkan untuk menghargai perbedaan, seperti perbedaan budaya, latar belakang, atau karakteristik fisik. Latihan empati, seperti berbagi perasaan dan memahami perasaan orang lain, sangat membantu dalam mendorong sikap menghargai dan mengurangi niat untuk melakukan perundungan.

c.       Keterampilan Sosial dan Komunikasi: Mengajarkan keterampilan sosial, seperti komunikasi yang sehat, menangani konflik, dan kemampuan untuk mencari bantuan, dapat membuat anak lebih siap menghadapi berbagai situasi tanpa bersikap agresif atau defensif. Latihan melalui permainan peran atau diskusi kelompok di sekolah dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan ini.

 

2. Kebijakan Sekolah: Menerapkan aturan tegas terhadap perundungan di sekolah, termasuk sistem pelaporan yang aman dan mekanisme penanganan yang tepat.[12]

a.       Penerapan Aturan Anti-Perundungan: Sekolah sebaiknya memiliki kebijakan yang tegas dan transparan mengenai perundungan, yang menyatakan bahwa tindakan perundungan tidak akan ditoleransi. Kebijakan ini bisa berupa peraturan tertulis, yang diketahui oleh siswa, guru, dan orang tua.

b.       Sistem Pelaporan Aman: Sistem pelaporan harus mudah diakses, aman, dan tidak menimbulkan ketakutan bagi siswa yang ingin melaporkan perundungan. Misalnya, menyediakan kotak pengaduan atau hotline khusus dapat mempermudah siswa dalam melaporkan kejadian tanpa takut disertai tindakan balasan.

c.       Mekanisme Penanganan yang Efektif: Sekolah juga perlu memiliki prosedur penanganan yang jelas dan tepat waktu, termasuk langkah-langkah yang harus diambil oleh guru atau petugas jika terjadi perundungan. Penanganan yang efektif bisa mencakup langkah-langkah disiplin dan pendampingan bagi pelaku untuk menyadari kesalahan mereka.

3. Dukungan untuk Korban: Memberikan dukungan psikologis dan konseling bagi anak korban perundungan untuk membantu memulihkan kepercayaan diri dan mengatasi trauma.[13]

a.       Konseling dan Dukungan Psikologis: Korban perundungan sering mengalami dampak emosional seperti rendah diri, kecemasan, atau trauma.[14] Memberikan layanan konseling dan dukungan psikologis sangat penting untuk memulihkan kesehatan mental dan kepercayaan diri korban. Program konseling dapat dilaksanakan oleh konselor sekolah atau dengan bantuan psikolog luar sekolah.

b.       Pengembangan Diri Korban: Membantu korban dalam meningkatkan kemampuan mereka di berbagai bidang, seperti kegiatan ekstrakurikuler, dapat membantu mengembalikan rasa percaya diri. Kegiatan seperti olahraga, seni, atau kelompok minat khusus bisa menjadi cara untuk membantu korban membangun kembali citra diri yang positif.[15]

c.       Lingkungan yang Aman dan Mendukung: Sekolah harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman, di mana korban merasa dihargai dan diterima oleh teman-temannya. Dukungan dari guru dan teman-teman untuk menumbuhkan sikap saling menghormati akan menciptakan lingkungan positif bagi semua siswa.[16]

4. Peran Orang Tua: Orang tua harus aktif berkomunikasi dengan anak-anak mereka dan memperhatikan tanda-tanda perundungan. Mereka juga harus membina lingkungan yang aman dan mendukung di rumah.[17]

a.       Komunikasi yang Terbuka: Orang tua perlu menjalin komunikasi terbuka dengan anak-anak mereka. Mengajukan pertanyaan secara teratur tentang kehidupan sosial anak di sekolah dan mendengarkan keluh kesah mereka tanpa menghakimi adalah langkah penting. Dengan komunikasi terbuka, orang tua bisa lebih cepat mengetahui jika anak mereka menjadi korban atau pelaku perundungan.[18]

b.       Mewaspadai Tanda-Tanda Perundungan: Orang tua perlu peka terhadap tanda-tanda perundungan, seperti perubahan perilaku, ketidakmauan anak untuk pergi ke sekolah, atau seringnya anak mengalami kecemasan.[19] Mengenali tanda-tanda awal ini dapat memungkinkan orang tua untuk segera mencari bantuan dan dukungan.

c.       Menciptakan Lingkungan yang Aman di Rumah: Rumah yang aman, hangat, dan mendukung dapat menjadi pelindung bagi anak dari tekanan di luar. Orang tua dapat menanamkan nilai-nilai positif, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak mereka.[20] Dengan ini, anak-anak akan lebih kuat dalam menghadapi perundungan dan juga lebih enggan untuk terlibat dalam perundungan terhadap orang lain.

Pencegahan perundungan ini memerlukan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat agar anak-anak mendapatkan lingkungan yang aman dan mendukung, serta terbentuknya karakter yang positif untuk masa depan mereka.

Kesimpulan

Perundungan di kalangan anak merupakan isu yang memerlukan perhatian dan tindakan segera. Dengan upaya kolektif dari sekolah, keluarga, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi anak-anak untuk tumbuh dan belajar. Mengatasi perundungan tidak hanya melindungi korban tetapi juga membentuk generasi yang lebih peduli dan bertanggung jawab.

1. Perundungan di Kalangan Anak Merupakan Isu yang Membutuhkan Perhatian dan Tindakan Segera

a.       Signifikansi dan Dampak Perundungan: Perundungan di kalangan anak-anak dapat membawa dampak serius jangka pendek dan panjang, seperti rendahnya kepercayaan diri, masalah emosional, penurunan prestasi akademik, hingga potensi masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, isu ini tidak bisa diabaikan. Memahami urgensi ini mendorong semua pihak untuk segera bertindak dan mencari solusi untuk mencegah perundungan sejak dini.

b.       Tindakan Pencegahan yang Mendalam: Tindakan pencegahan yang efektif memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara sekolah, keluarga, dan komunitas. Mulai dari kebijakan anti-perundungan di sekolah, hingga peran aktif orang tua dan masyarakat, semua ini menjadi langkah konkret yang harus diambil agar perundungan bisa ditekan seminimal mungkin.

2. Peran Kolektif Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat dalam Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Sehat

a.       Kerja Sama Sekolah dan Keluarga: Sekolah dan keluarga merupakan dua lingkungan utama bagi anak-anak. Sinergi antara keduanya dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman. Sekolah dapat menerapkan kebijakan anti-perundungan dan program pendidikan, sementara orang tua dapat mendukung serta mendukung perkembangan emosional anak di rumah. Kerja sama ini menjadi fondasi yang kuat dalam upaya pencegahan perundungan.

b.       Partisipasi Masyarakat Luas: Selain sekolah dan keluarga, peran masyarakat luas juga penting dalam upaya ini. Kampanye anti-perundungan, kegiatan sosial yang mengajarkan toleransi, dan dukungan dari lembaga pemerintah atau non-pemerintah dapat membantu membangun budaya anti-perundungan di masyarakat. Dengan lingkungan yang mendukung, anak-anak merasa lebih aman dan mendapatkan perlindungan dari kemungkinan perundungan di luar sekolah.

3. Manfaat Mengatasi Perundungan bagi Korban dan Pembentukan Generasi yang Peduli dan Bertanggung Jawab

a.       Perlindungan Terhadap Korban: Mengatasi perundungan memberikan perlindungan langsung bagi korban yang mungkin mengalami efek negatif dari perundungan. Dukungan psikologis dan perlindungan ini membantu korban untuk pulih, mengembalikan kepercayaan diri, serta berkembang dengan sehat baik secara emosional maupun sosial.

b.       Pembentukan Karakter Anak yang Positif: Upaya mengatasi perundungan bukan hanya soal perlindungan, tetapi juga soal membentuk karakter. Dengan mencegah perundungan, anak-anak belajar nilai empati, saling menghargai, dan rasa tanggung jawab. Nilai-nilai ini dapat tertanam dalam diri anak dan membentuk generasi masa depan yang lebih peduli terhadap orang lain serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.

c.        Dampak Positif Jangka Panjang bagi Masyarakat: Mengatasi perundungan pada usia anak akan memberikan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan menciptakan lingkungan yang bebas dari perundungan, anak-anak tumbuh dengan perasaan aman dan mampu menjalin hubungan sosial yang sehat. Hal ini akan berkontribusi pada terbentuknya masyarakat yang harmonis, saling mendukung, dan menghargai perbedaan.

Kesimpulan Akhir

Secara keseluruhan, mengatasi perundungan di kalangan anak memerlukan perhatian dan aksi nyata dari seluruh elemen masyarakat. Upaya bersama ini tidak hanya melindungi anak-anak dari bahaya perundungan tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik dengan membentuk generasi yang berkarakter positif, peduli, dan bertanggung jawab.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arinda, Kea, Jeni Putri Helvini, Maridza Orlin Sadira, and Pipi Susanti. SOSIALISASI MELAWAN PERUNDUNGAN TERHADAP ANAK-ANAK DI SDN 117 DESA PASAR TEBAT KECAMATAN AIR NAPAL KABUPATEN BENGKULU UTARA. Jurnal Pendidikan Kreativitas Pembelajaran 6, no. 4 (2024).

Eleanora, Fransiska Novita, and Rabiah Al Adawiah. Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying) Dan Upaya Preventif Di Kalangan Siswa SMK Bangun Persada Bekasi. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia 1, no. 2 (October 24, 2021): 203 8. https://doi.org/10.54082/jamsi.67.

Irawan, Tb. Moh. Irma Ari, Rifqy Muhammad Hamzah, and Srie Mulyati. Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa Korban Bullying: Sebuah Kajian Sistematis. JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN 10, no. 1 (June 28, 2024): 70. https://doi.org/10.31602/jbkr.v10i1.14931.

Maysarah, Maysarah, and Bengkel Bengkel. Pentingnya Edukasi Bullying Pada Anak Sejak Dini Di Panti Asuhan Ar-Rahman. Literasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Dan Inovasi 3, no. 1 (February 11, 2023): 401 7. https://doi.org/10.58466/literasi.v3i1.862.

Murni Rada, Arisa, Faissal Malik Anggota, and Salha Marsaoly Anggota. PENCEGAHAN PERILAKU PERUNDUNGAN (BULLYING) PADA KALANGAN PELAJAR DI KOTA TERNATE. Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol. 1, n.d. http://repository.usu.ac.id,.

Sigalingging, Oktavia Purnamasari, and Motlan Gultom. PERANAN ORANG TUA DALAM MENGATASI PERUNDUNGAN (BULLYING) PADA ANAK. Vol. 1, n.d. http://jpm.usxiitapanuli.ac.id.

Taufiq, Muhammad, Badrun Ahmad, and Rindiyani A Fatah. Sosialisasi Pencegahan Dan Penanganan Perundungan Di SD IT Insantama Tidore. Jurnal Pengabdian Khairun (JPK 3, no. 1 (2024).

Waluyati, Ida. Edukasi Dampak Perundungan Di SDN Inpres Simpasai Lambu 3, no. 2 (2024). https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jpabdi.

 

 

 



[1] Fransiska Novita Eleanora and Rabiah Al Adawiah, Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying) Dan Upaya Preventif Di Kalangan Siswa SMK Bangun Persada Bekasi, Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia 1, no. 2 (October 24, 2021): 203 8, https://doi.org/10.54082/jamsi.67.

[2] Ibid.

[3] Kea Arinda et al., SOSIALISASI MELAWAN PERUNDUNGAN TERHADAP ANAK-ANAK DI SDN 117 DESA PASAR TEBAT KECAMATAN AIR NAPAL KABUPATEN BENGKULU UTARA, Jurnal Pendidikan Kreativitas Pembelajaran 6, no. 4 (2024).

[4] Ibid.

[5] Ibid.

[6] Maysarah Maysarah and Bengkel Bengkel, Pentingnya Edukasi Bullying Pada Anak Sejak Dini di Panti Asuhan Ar-Rahman, Literasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Dan Inovasi 3, no. 1 (February 11, 2023): 401 7, https://doi.org/10.58466/literasi.v3i1.862.

[7] Ida Waluyati, Edukasi Dampak Perundungan Di SDN Inpres Simpasai Lambu 3, no. 2 (2024), https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jpabdi.

[8] Ibid.

[9] Ibid.

[10] Arisa Murni Rada, Faissal Malik Anggota, and Salha Marsaoly Anggota, PENCEGAHAN PERILAKU PERUNDUNGAN (BULLYING) PADA KALANGAN PELAJAR DI KOTA TERNATE, Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol. 1, n.d., http://repository.usu.ac.id.

[11] Muhammad Taufiq, Badrun Ahmad, and Rindiyani A Fatah, Sosialisasi Pencegahan Dan Penanganan Perundungan Di SD IT Insantama Tidore, Jurnal Pengabdian Khairun (JPK 3, no. 1 (2024).

[12] Ibid.

[13] Ibid.

[14] Tb. Moh. Irma Ari Irawan, Rifqy Muhammad Hamzah, and Srie Mulyati, Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa Korban Bullying: Sebuah Kajian Sistematis, JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN 10, no. 1 (June 28, 2024): 70, https://doi.org/10.31602/jbkr.v10i1.14931.

[15] Ibid.

[16] Ibid.

[17] Oktavia Purnamasari Sigalingging and Motlan Gultom, PERANAN ORANG TUA DALAM MENGATASI PERUNDUNGAN (BULLYING) PADA ANAK, vol. 1, n.d., http://jpm.usxiitapanuli.ac.id.

[18] Ibid.

[19] Ibid.

[20] Ibid.

0 Post a Comment: