Rabu, 14 Januari 2009
Di sekolah, siswa perempuan diwajibkan memakai kerudung tetapi tidak diwajibkan memakai cadar, sehingga siswa perempuan ini ada yang memakai kerudung biasa ada juga yang memakai cadar. Tetapi walaupun memakai cadar, tidak menghalangi aktifitas mereka, kita bisa menyaksikan siswa perempuan yang memakai cadar bermain basket. Begitu juga pemisahan laki-laki dan perempuan, tidak ada ruang khusus bagi laki-laki dan perempuan, sehingga kita bisa melihat perempuan yang memakai cadar ini berdiskusi dengan temannya yang laki-laki.
Pola bersosialisasi dan bergaul kelompok ini sangat terbuka dengan siapapun, hal sederhana yang bisa menunjukkan fenomena ini adalah, warung telekomunikasi (wartel) yang berada di dalam komplek pesantren yang penjaganya bergamis dan bersorban, tidak menghalangi penduduk sekitar, yang beragam, baik yang berkerudung ataupun tidak untuk menggunakan wartel tersebut. Kita juga dengan mudah bisa menemukan perempuan bercadar berjualan di pasar.
Di samping mewajibkan kaum perempuan memakai kerudung, karena itu merupakan kewajiban agama, ajaran lainnya adalah mengharamkan mengkonsumsi rokok, dengan alasan-alasan al-Qur’an dan Hadits. Sehingga tidak heran kalau dipintu gerbang pesantren terpampang tulisan “Daerah bebas Narkoba & Rokok, Allah Mengharamkan Hal-Hal yang buruk”. Dalam perihal gamis dan sorban, bagi Tharekat Idrisiyyah merupakan Sunnah Rasul, dan bukan semata-mata “gaya”, seperti yang diungkapkan salah seorang da’i yang sedang naik daun saat ini, disela-sela dakwahnya di sebuah media elektronik, bahwa dia memakai sorban dan gamis hanya semata-mata karena tuntutan dunia entertainment. “Saya tidak setuju dengan ungkapan tersebut, gamis dan serban ini merupakan ajaran Rasulullah,” ujar Syeh Akbar Muhammad Daud Dahlan, Pimpinan Tharekat Idrisiyyah.
Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan menjadi Mursyid (guru Tharekat) dengan panggilan Syekh Akbar mulai tahun 2001 yang lalu, setelah Mursyid sebelumnya yaitu Syekh Akbar Muhammad Dahlan, ayahnya sendiri meninggal dunia. Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan merupakan anak pertama laki-laki dari 8 bersaudara. Di rumahnya yang sederhana penulis menemui Pimpinan Puncak Tharekat Idrisiyah ini dan mewawancarai beliau tentang situasi Indonesia dan ummat Islam akhir-akhir ini.
Syekh Akbar mengakui bahwa bisa jadi banyak orang yang tidak tahu ajaran Tharekat Idrisiyyah yang sesungguhnya. Sehingga Tharekat Idrisiyah dengan busana yang dipakainya, akan disamakan dengan kelompok-kelompok Islam lain dengan busana yang sama dan suka melakukan kekerasan dalam melakukan dakwahnya.
Bagi Syekh Akbar, Rasulullah hanya diperintahkan menyampaikan ajaran Islam, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk memaksa orang untuk mengikuti ajarannya, karena petunjuk (hidayah) itu hanya milik Allah. “Kita juga tidak boleh memaksakan hukum Islam di Indonesia ini, karena sejak awal kita berbaiat kepada Indonesia negara Pancasila, bukan pada negara Islam” kata Syeh Akbar. “Sehingga tindakan-tindakan kekerasan atas nama hukum Islam tidak bisa dibenarkan” tegasnya. Kemudian Syeh Akbar menyebutkan dalam kondisi Indonesia seperti ini tidak mungkin adanya penegakan Syari’at Islam. ”Toh, saat inipun pemerintah tidak pernah menghalangi kita untuk melakukan ibadah,” ujar Syekh Akbar. Lebih jauh lagi Syekh Akbar memandang perlunya reinterpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits. “Tafsir-tafsir ulama yang dahulu tidak cukup untuk mengatasi problem dunia saat ini” katanya. “Saya akui orang seperti Imam Syafi’i adalah manusia brilian di zamannya, tetapi zaman yang kita hadapi sekarang berbeda dengan zamannya Imam Syafi’i,” lanjutnya.
Kondisi Pondok Pesantern
a. Sampai saat ini jamaah Tharekat di seluruh Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 3000 orang. Selain di Pagendingan Tarekat Idrisiyah pun mempunyai pusat kegiatan di Jakarta. Sedangkan yang tinggal di asrama pesantren diperkirakan sekitar 100 orang santri. Sedangkan santri kalong (tidak menetap) sekitar 200 orang.
b. Aktivitas keagamaan terbagi 3 bagian:
1. Bentuk harian
Pengajian santri ba’da shalat subuh; siang dan malam
Melakukan dzikir bersama tiap ba’da shubuh dan maghrib
Pengajian silang antar daerah
2. Mingguan
Pengajian umum tiap hari minggu siang dan malam jum’at
Pengajian pendalaman pemahaman santri terhadap Islam tiap ba’da Shalat Subuh, hari Jum’at dan Ahad.
Pengajian Ibu-ibu pada hari Jum’at
3. Bulanan
Pengajian Umum tiap 4 bulan sekali
Aktifitas Sosial yang ada di Yayasan ini antara lain:
1. Diridikannya koperasi yang anggotanya disamping dari anggota jamaah idrisiyah, juga dari masyarakat luar.
2. Pelatihan perikanan, peternakan, pertanian dan lain-lain.
3. Waserda/Mini Mart yang saat ini sedang dalam tahap penyempurnaan
4. Wartel
5. Ikut serta/bergabung bersama masyarakat dalam hal pengurusan jenazah, tahlil dan ritual yang lain.
Ritual Tharekat Idrisiyyah: “musik” menuju Tuhan
Selain ritual harian, Tharekat Idrisiyyah mempunyai waktu tertentu untuk berkumpul dan berdzikir bersama. Setiap malam Jum’at dan Hari Minggu, anggota jemaah berkumpul di masjid Pesantren Idrisiyyah, mesjid ini disekat dengan papan setinggi 1,5 meter sebagi pemisah antara jemaah laki-laki dan perempuan. Dimulai sekitar jam 10 pagi dengan pengajian yang menggali ajaran-ajaran tharekat Idrisiyyah. Setelah pengajian, jemaah merapat satu sama lain, dimulailah dzikir sambil duduk bersila dengan suara keras disertai goyangan kepala dan badan. Lima belas menit kemudian jemaah berdiri, sambil melafalkan dzikir “lailaha illallah” mereka memejamkan mata dan menggoyangkan tubuh seperti menari. “Tarian” semakin kencang seiring suara dzikir yang semakin keras, sementara dari balik sekat mesjid sebelah kiri tempat jemaah perempuan, terdengar jeritan, tangisan dan raungan. Kekompakan alunan dan irama dzikir jemaah bercampur suara tangis, menjadikan ritual ini menjadi semacam “musik” yang enak untuk “dinikmati”. “Dulu dzikir ini pernah sambil diiringi musik,” bisik salah seorang jemaah. “Tetapi di zaman seperti ini, kita khawatir akan menjadi ftnah,” lanjutnya. Sumber lain menyebutkan, bahwa dulu dzikir tersebut diiringi biola. Mereka pun tidak tertutup dengan orang luar, penulis dipersilahkan dengan leluasa untuk “memantau” kegiatan ritual mereka ini. (dari berbagai sumber)
Minggu, Juli 31, 2011
Fathiyyah Al-Idrisiyyah (F A D R I S)
22.28
No comments
Pesantren Tharekat Idrisiyyah yang juga mempunyai nama Yayasan Al-Idrisiyyah, terletak di Kampung Pagendingan, Desa Jatihurip, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya sekitar 80 Km ke arah Selatan dari ibukota propinsi Jawa Barat, Bandung dan 10 Km sebelum memasuki ibukota Kabupaten Tasikmalaya. Letak Pesantren Fadris ini cukup strategis kerena berada di jalur jalan propinsi, sehingga kalau dari Jakarta, cukup naik angkutan Jakarta-Tasikmalaya, bisa langsung berhenti di depan komplek pesantren.
Pesantren Tharekat Idrisiyyah didirikan tahun 1932 oleh Syekh Akbar Abd. Fattah, kemudian pada tahun 1947 diteruskan oleh putranya, Syekh Akbar Muhammad Dahlan sampai wafatnya tahun 2001, dan sekarang tampuk pimpinan Tharekat ini dipegang oleh Syeh Akbar KH. Daud Muhammad Dahlan. Di samping memiliki asrama untuk santri, Tharekat Idrisiyyah juga memiliki lembaga pendidikan yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang berada di bawah naungan Yayasan Fathiyyah Idrisiyyah.
0 Post a Comment:
Posting Komentar