Jumat, 28 November 2008
KH Bisri menikah dengan salah seorang putri pengasuh PP Lasem Rembang. Dalam usia 63 tahun KH Bisri wafat, sehingga tingkat estafet kepemimpinan diturunkan kepada putra tertua, yakni KH Cholil Bisri, dibantu KH Musthofa Bisri, seorang ulama sekaligus budayawan terkenal.
Masyarakat dan Potensi WilayahPP Raudlatut Tholibin berada di Desa Leteh, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah. Lokasi PP berada di antara rumah-rumah penduduk dan dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten Rembang.
Jumlah penduduk Desa Leteh kurang lebih 2.500 orang, terdiri atas 250 KK, dengan tingkat pendidikan yang cukup beragam.
Keberadaan PP di tengah kota ini menambah semarak kehidupan beragama masyarakat. Lantunan shalawat yang mendayu-dayu dan bergemanya kalimat-kalimat Allah, menjadi tanda bahwa kota ini sarat dengan nilai-nilai religius.
Potensi wilayah sekitar PP yang bisa dikembangkan adalah sektor pertanian, perikanan, perdagangan dan pariwisata.
Organisasi Kelembagaan
Pengelolaan PP Raudlatut Tholibin pada awalnya menganut sistem manajemen “tradisional” dengan figur sentral seorang kyai. Pada masa kepemimpinan KH Cholil Bisri dan KH Musthofa Bisri, manajemen PP mengalami perkembangan, yaitu dengan didirikannya Yayasn “al-Ibriz” yang artinya penjelas.
Meskipun penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan ditangani oleh yayasan, namun keberadaan yayasan tersebut hanyalah sebuah organisasi pelaksana dari kepemimpinan kolektif KH. Cholil Bisri dan KH. Musthofa Bisri, dalam arti kyai tetap merupakan figur sentral dalam pengambilan keputusan.
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kepengurusan PP sehari-hari, terutama dalam mengasuh santri putri, pimpinan dibantu oleh para istri pimpinan pondok. Sementara untuk kegiatan penunjang santri, pengelolaannya diserahkan pada santri sendiri, mulai dari perencanaan sampai realisasi program. Pihak pimpinan hanya memberikan saran dan petunjuk setelah menerima laporan dari santri.
Struktur organisasi Yayasan terdiri: 2 orang penasehat, seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris, seorang bendahara, dan beberapa anggota yang menangani bidang-bidang tertentu.
Kegiatan Pendidikan
1. Pendidikan sekolah
Pendidikan sekolah yang diselenggarakan di PP Raudlatut Tholibin adalah Raudlatul Atfal(RA), dan kurikulum yang dipergunakan mengacu pada kurikulum Departemen Agama. Sedangkan MTs menggunakan kurikulum Yayasan dengan mengacu pada kurikulum sebuah lembaga pendidikan di Mekah (walaupun saat ini lembaga pendidikan tersebut sudah digusur oleh Raja Fahd).
2. Pendidikan kepesantrenan
Kegiatan pendidikan kepesantrenan di PP meliputi: Madrasah Diniyah (I’dad), Taman Pendidikan al-Quran (TPA/TPQ), kajian kitab salafi dengan metode sorogan dan bandongan. TPA/ TPQ dengan materi Qiroati, dibuka untuk kalangan santri sendiri maupun masyarakat sekitar.
Materi kajian kitab yang diwajibkan meliputi: fiqih, ushul fiqih, tauhid, nahwu, sharaf, balaghah, akhlak/tasawuf, tafsir al-Quran, hadis, mustholah hadis, bahasa Arab, tajwid, qowaidul fiqih, ilmu tafsir, tarih Islam, tarikh tasyri’, mantiq, dan imla’.
Kegiatan tasawuf diselenggarakan di pesantren. Tujuannya tidak untuk menjadi seorang sufi, karena sifatnya hanya pengenalan. Dengan metode tadabur alam, diharapkan santri dapat menghayati, meresapi dan memahami hikmah di balik peristiwa-peristiwa alam. Dalam kegiatan ini diselingi dengan pembacaan syair munfarija, kumpulan syair Islam dan hadis berbahasa Arab.
Sedangkan kitab yang digunakan untuk masing-masing materi adalah: Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Mabadi (fiqih); Latho’iful Isyroh. Alluma’ (ushul fiqih); Kifayatul Awam, Husnul Hamidiyah (tauhid); Jurumiyah, Imriti, Alfiyah (nahwu); Amtsilatut Tashrifiyah(sharaf), Jawahirul Balaghah (balaghah); Bidayatul Hidayah (akhlak/ tasawuf); Tafsir Jalalain (tafsir al-Quran); Bulughul Marom (hadis), Lughotul Arabiyah (bahasa Arab);Tuhfatul Athfal, Mustholahut Tajwid (tajwid); Faroidul Bahiyah (qowaidul fiqih); al-Isir,dan Khulashat Nuril Yaqin.
3. Kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di PP Raudlatut Tholibin meliputi: komputer, menjahit, pertukangan, olahraga dan pengelasan. Kegiatan penunjang utama santri, khususnya santri putra, adalah sepak bola dengan peserta siapa saja yang berminat. PP ini mempunyai tim kesebelasan yang permanen dan sering bermain bersama dengan kesebelasan lain di Rembang. Tim kesebelasan PP bekerjasama dengan persatuan sepak bola Krida milik Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang. Di PP ini juga tersedia berbagai fasilitas olah raga seperti bulu tangkis dan tenis meja.
4. Ciri khas
Sistem pendidikan di PP ini menganut sistem pendidikan salafi. Sedangkan yang menjadi kajian utama adalah nahwu dan sharaf. Dijadikannya materi nahwu dan sharaf sebagai kajian utama dimaksudkan untuk memberi pengetahuan secara mendalam kepada santri tentang metode mengkaji kitab.
Santri, Kyai dan Ustadz/ Guru
Jumlah santri yang mendalami ilmu agama di PP Raudlatut Tholibin sebanyak 2.507 orang yang terdiri atas 1.317 santri putra dan 1.190 santri putri. Mereka terbagi menjadi 507 santri mukim dan 2.000 santri tidak mukim. Khusus santri mukim, yang berasal dari Kabupaten Rembang adalah 317 santri dan sebanyak 190 santri berasal dari luar Kabupaten Rembang.
Para santri tersebut diasuh oleh 2 kyai, 2 nyai, 5 badal (3 laki-laki dan 2 perempuan), 60 ustadz/guru (35 laki-laki dan 25 perempuan).
Sarana Prasarana
Untuk menunjang kelancaran proses pen¬didikan, PP Raudlatut Tholibin memiliki sarana dan prasarana yang terdiri dari: 5 ruang belajar/ mengaji, 2 ruang pimpinan pondok, 1 ruang pim¬pinan madrasah, 1 ruang ustadz/guru, 2 ruang administrasi, 1 ruang perpustakaan, 7 ruang per¬temuan, 3 lapangan olahraga, 3 unit peralatan olahraga, 4 masjid, 1 ruang BP3, 45 asrama putra, 26 asrama putri, 2 unit rumah pengasuh, 22 unit kamar mandi/WC, 8 unit kom¬puter, 1 unit mesin jahit, dan beberapa peralatan pertukangan. Dari 8 komputer yang ada, lima di antara¬nya berasal dari Menteri Agama KH Tholhah Hasan.
Usaha Ekonomi
Dana penyelenggaraan dan pengelolaan PP selain berasal dari iuran santri, dari sumbangan para donatur baik pemerintah maupun swasta, perorangan maupun lembaga dan juga dari alumni. Di samping itu, pondok juga menggali dana sendiri melalui usaha ekonomi dengan mendirikan koperasi yang sudah mempunyai badan hukum dan NPWP.
Bentuk usaha koperasi meliputi usaha penyediaan kebutuhan sehari-hari dan pelayanan jasa telepon. Usaha koperasi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan santri dan masyarakat sekitar. Modal koperasi berasal dari iuran pokok dan iuran wajib santri.
Program Pengembangan
Program pengembangan PP Raudlatut Tholibin meliputi pengembangan fisik dan nonfisik.Dalam pengembangan fisik, pihak PP telah mengusahakan perbaikan dan penambahan kamar mandi/WC, asrama, ruang belajar, dan sebagainya. Di samping itu, pihak pondok juga menyelenggarakan pelatihan pertukangan yang hasilnya dapat langsung diaplikasikan dalam pembangunan fisik pondok.
Pengembangan nonfisik (pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia), meliputi: mengembangkan partisipasi para alumni, masyarakat dan keluarga besar PP; memperluas jaringan komunikasi dan bekerjasama dengan berbagai kalangan; bekerjasama dengan Departemen Agama Kabupaten Rembang dalam program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS); sedangkan untuk kaderisasi, pimpinan pondok telah mengirimkan salah seorang putra pengasuh untuk menimba ilmu di Mekah.
Minggu, Juli 31, 2011
Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin
22.21
No comments
Rembang sebuah kota di pantai utara Jawa Tengah. Kota ini menjadi populer karena di sinilah gerakan emansipasi perempuan dimulai, oleh RA Kartini. Namun, di samping terkenal sebagai cikal bakal gerakan emansipasi perempuan, sebenarnya kota ini sarat dengan nilai-nilai religius. Meski bukan menjadi satu-satunya barometer religiusitas, beberapa pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di sana menjadi isyarat bahwa kota ini pernah menjadi pusat pengembangan Islam.
Pondok Pesantren (PP) Raudlatut Tholibin adalah satu di antara beberapa pesantren yang ada di Rembang. PP ini didirikan oleh KH Bisri Musthofa, ketika beliau menginjak usia relatif muda, sekitar 30 tahun ebelum mendirikan PP, Bisri “muda” telah melanglang Indonesia, mondok dari satu pesantren ke pesantren yang lain. Obsesinya untuk mendirikan PP setelah memiliki bekal ilmu agama yang cukup, dimotivasi oleh sebuah keinginan luhur yakni memberdayakan masyarakat setempat melalui pendidikan agama. Semboyan hidup yang selalu tertanam di sanubarinya ialah li i’lai kalimatillah.
(posted from majalah pesantren)
0 Post a Comment:
Posting Komentar