Selasa, 03 Maret 2009
Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal didirikan oleh KH. Manshur salah seorang putra KH. Imam Basyari (salah seorang kiyai di Pon. Pes. Al Fatah Mangunsari Tulungagung). Keberadaan Pondok ini berawal dari amanat KH. Basyari terhadap putra-putranya yang menginginkan agar tanah babatan hutan di Blitar, ditempati oleh salah seorang putranya. Satu-satunya putra beliau yang bersedia menempati tanah tersebut adalah Manshur yang waktu itu baru pulang menuntut ilmu beberapa tahun di Mekah.
Pemuda Manshur kemudian menikah dengan seorang gadis putri dari H. Abdullah bernama Maimunah. Dari perkawinan tersebut menghasilkan keturunan beberapa anak dan cucu yang pada akhirnya menjadi cikal bakal dari pengurus Yayasan Pondok Pesantren al Kamal dimasa akan datang. Untuk itu untuk memperjelasnya, dibawah ini dijelaskan silsilah keluarga sebagai berikut:
KH. Manshur dikaruniai enam (6) orang anak, namun tiga (3) diantaranya meninggal dunia diwaktu kecil, dan yang tiga hidup yang kesemuanya perempuan, yaitu :
1. SITI MALIKAH menikah dengan H. SHOLEH Bertempat tinggal 1 Km sebelah barat KH. Manshur. Pada akhirnya mendirikan Pondok Pesantren dengan nama MAMBAUL HUDA di Dusun Manggar Desa Kunir.
2. SITI MUTINAH menikah dengan H. THOBIB, dan dikaruniai tuju (7) anak yaitu;
1. Hj. Sumbulatin 4. H. Syaiful Habib 7. Imam Asy’ari
2. Hj. Miatu Habbah 5. Syamsul Ma’rif
3. Hj. Siti Masyithoh 6. Hj. Siti Maswah
3.SITI MUNAWAROH menikah dengan KH. THOHIR WIJAYA dan dikaruniai enam (6) anak yaitu;
1. HJ. Astutik Hidayati 3. Hj. Asmawati 5. Hj. Reni Rahmawati
2. Hj. Nur Saida 4. H. Jauhar Wardani 6. Hj. Rina Laila Wati
Tahun 1918 M. yang kemudian dijadikan peringatan bedirinya Pesantren ini, Manshur berangkat menuju Desa Kunir Blitar. Di desa tersebut, mendirikan sebuah langgar dan kemudian mendirikan majelis ta’lim atau pengajian yang santri-santrinya berdatangan dari desa-desa sekitarnya.
Pengajian yang diselanggarakan KH. Manshur berkembang terus dan memerlukan beberapa tempat untuk menginap para santri-santrinya. Kala itu pondok ini bernama Pondok Pesantren Kunir. Berdasarkan prasasti yang terdapat di masjid Jami’ Desa Kunir, Pondok tersebut berdiri pada tahun 1940. Selain mengajar santri-santrinya, KH. Manshur juga menjadi imam Masjid Jami’ Kecamatan Srengat dan ikut aktif berjuang melawan penjajah.
Setelah beliau wafat, Pondok Pesantren Ini diasuh para menantunya, KH. Thohir Wijaya dan KH. Thobib. Pada masa inilah terdapat perubahan nama Pondok Pesantren Kunir diubah menjadi Pondok Pesantren Al Kamal, hasill istikharah pengasuh saat itu yakni KH. Thohir Wijaya, dengan perubahan dari sistem sorogan dan bandungan menjadi klasikal. Sistem pendidikan Pondok Pesantren berubah dari salafiyah murni berubah menjadi Terpadu yakni perpaduan antara salafiyah (klasik) dan Ashriyah (modern). Mulai saat itu, wajah dan dinamika pondok pesantren menjadi dinamis, berkembang sampai sekarang dengan sistem pendidikan yang lebih relevan dan akomodatif terhadap perkembangan zaman disertai tantangan modernisasinya.
Masyarakat Sekitar
Penduduk desa Kunir pada tahun 2005 M. sebanyak 4.567 orang yang mayoritas beragama Islam. Faham keagamaan masyarakat sangat majmuk (plural), baik dilihat dari perspektif kegiatan sosial keagamaannya maupun amaliyah ibadah masyarakatnya, sebagian masyarakat termasuk dalam kelompok Nahdhatul Ulama’, sebagian kecil Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Persis, dan Muhammadiyah. Dari sisi social cultur masyarakat adalah berbudaya jawa dengan mata pencaharian sebagai peternak, petani, pedagang, tukang dan pengrajin serta pegawai negeri Sipil (PNS). Dalam berpolitik masyarakat Desa Kunir, berdasarkan hasil pemilu 2004, berafiliasi dengan berbagai partai Politik baik Golkar, PDI-P, PKB, PBB, PKS, dan partai Demokrat.
Organisasi Kelembagaan PP. Terpadu Al Kamal
Tentang profil organisasi Pondok pesantren al Kamal Kunir Wonodadi Blitar, pesantren ini menerapkan pola pengelolaan manajerial dengan mengembangkan sistem kepemimpinan semi demokrasi.
Jika dijelaskan secara periodik, pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal telah mengalami tiga masa kepemimpinan. Masa kepemimpinan petama adalah pendiri KH. Manshur pada tahu 1918 M, pada masa ini Pondok Pesantren dikelola secara mutlak oleh pendirinya dengan dibantu oleh beberapa orang asatidz (para guru yang mumpuni dalam bidang agama, terutama mereka-mereka yang telah tamat dari berbagai Pondok Pesantren sekitar Blitar).
Masa kepemimpinan generasi kedua. pada masa ini penyelenggaraan dan pengelolaan Pondok Pesantren ditangani oleh para menantu dari KH. Manshur yakni KH. Thohir Wijaya dan KH. Thobib. Yang kemudian membentuk sebuah organisasi yayasan sebagai pengembangan dari para anggota keluarga yang memang berkompeten dalam memperjuangkan dunia pendidikan Agama Islam dan kepesantrenan. Ini terinspirasikan pada tahun 1977, ketika Bapak KH. Ahmad Thohir Wijaya diangkat menjadi anggota DPR / MPR RI, sehingga membuka akses (Network) pesantren Al Kamal di lembaga birokrasi pemerintahan. Yang pada akhirnya Al Kamal berkembang baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Sejak itu al Kamal sudah menjadi sebuah lembaga pendidikan pesantren yang didatangi oleh para santri dari berbagai penjuru tanah air.
Perkembangan berikutnya tahun 1981 jajaran pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal semakin kokoh dengan hadirnya Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah (menantu pertama dari KH. Ahmad Thohir Wijaya), yang secara langsung menangani Pendidikan baik formal maupun non formal, khususnya menangani kajian kitab-kitab kuning dan pendalaman bahasa Arab baik pasif maupun aktif untuk sehari-hari. Bersamaan dengan itu (Th. 1981) organisasi penyelenggara Pondok Pesantren Al Kamal secara resmi didirikan dengan bentuk yayasan yang didirikan dan prakarsai oleh KH. Ahmad Thohir Wijaya (Suami dari Hj. Siti Munawaroh, Putra ketiga dari KH Manshur). Saat itu Ketua I dijabat oleh Bapak KH. Zen Masrur, BA, Ketua II. Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah, Ketua III oleh Bapak Masyhudi Yusuf, BA, Bapak H. Syaiful Habib, SH. M.Hum sebagai sekretaris dan Ibu Hj. Astutik Hidayati, BA. sebagai bendahara Yayasan Pondok Pesantren al Kamal.
Nampaknya perkembangan al Kamal tidak berhenti disitu, Tahun 1986, Bapak KH. Ahmad Thohir wijaya yang pada waktu itu sebagai Anggota DPR/MPR RI melebarkan sayap perjuangannya bersama-sama Kabinet Pembangunan Indonesia mendirikan cabang di Kebon Jeruk Jakarta dengan nama yang sama, yaitu Pondok Pesantren Al Kamal.
Selanjutnya pada tahun 1989 kepengurusan yayasan diubah dengan masuknya Drs. H.M. Sunandari Jauhari dan H. Ibrahim Indragiri di jajaran Ketua Yayasan dan Johar wardani, ST sebagai bendahara.
Demikianlah perjuangan Bapak KH. Thohir Wijaya dalam membesarkan dan menciptakan beberapa pondasi Pondok Pesantren Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar yang pada akhirnya pada tahun 1999, karena menderita penyakit yang sangat parah akhirnya beliau menghadap Allah Swt. dan dimakamkan di maqbaroh keluarga besar Pondok Pesantren Al Kamal.
Masa kepemimpinan ketiga adalah dikendalikan oleh generasi ketiga dari Bani Manshur. Pada tahun inilah kebersamaan, solidaritas pengurus yayasan mencapai puncak kejayaannya. Kepemimpinan yayasan tidak lagi bersifat personal Individual tetapi lebih mengutamakan pada semangat kolektivitas . Ada pemilihan dan pembagian kerja diantara cucu-cucu dari KH. Manshur sebagai antisipasi dalam menyongsong era modernisasi, dengan Job discription sebagai berikut : Drs. KH. Mahmud Hamzah, sebagai koordinator Pondok Pesantren Terpadu al Kamal (PPTA) dan pendidikan formal, KH. Zen masrur, BA sebagai koordinator keta’miran dan majlis ta’lim, Mashudi Yusuf, BA sebagai koordinator hubungan kemasyarakatan, Drs. HM. Sunandari sebagai koordinator bidang birokrasi dan kepemerintahan. Sedangkan H. Syaiful Habib, SH. M. Hum bertugas sebagai koordinator ketrampilan dan koperasi, H. Johar Wardani, ST. sebagai bendahara.
Kondisi inipun tidak berlangsung lama dikarenakan kesibukan dan domisili dari beberapa pengurus Yayasan Pondok Pesantren al Kamal yang jauh dari pesantren, sehingga sulit untuk melakukan koordinasi diantara sebagian pengurus, disamping karena H. Saiful Habib dan Masyhudi Yusuf, keduanya dipanggil oleh Allah SWT.
Pada periode selanjutnya tinggal ada dua ikon di Al kamal, yakni KH. Zen Masrur, BA dan Drs. KH. Mahmud Hamzah. Kemudian pada bulan Agustus 2008 ketika pengasuh KH. Mahmud Hamzah wafat, estafet kepengasuhan diteruskan oleh Ust. Dr. Asmawi mahfudz, M. Ag. Figur-figur diataslah yang sampai sekarang masih eksis melanjutkan perjuangan untuk mengembangkan Pondok Pesantren yang telah didirikan oleh pendahulunya dengan tugas dan wewenangnya masing-masing sesuai dengan penjelasan diatas.
Al Kamal sekarang merupakan respon ditengah hangatnya suasana pertemuan, kalau bukan pertempuran dua sistem pendidikan tradisional (salafi) Islam dan sistem pendidikan modern (‘ashriyah). Pondok ini dibangun ditengah pergumulan masyarakat abangan Kunir Wonodadi Blitar (meminjam teori Clifford Geertz) yang membutuhkan keistiqomahan, keteladanan, kesabaran, kesederhanan dan semangat yang tinggi. Sehingga kalau kita melihat Al Kamal sekarang, nilai-nilai luhur para pendiri sudah terintegrasikan dalam sistem pendidikan pondok pesantren. Idealisme, jiwa, dan falsafah hidup pesantren bapak pengasuh yaitu Dr. Asmawi Mahfudz, M.Ag dan KH. Zen Masrur, BA menjadi ruh Pondok Pesantren Tapi penanaman ruh tersebut dilakukan secara efektif, efesien dengan menggunakan sistem dan metode pendidikan pesantren pada umumnya yang mengedepankan penalaran dan berpikir kritis. Cara ini pada berikutnya dapat melahirkan dan mengembangkan etos-etos tertentu yang membuat anak didik menjadi lebih dinamis, kritis dan kreatif. Inilah yang akan diuraikan dalam karakteristik pendidikan Pesantren dibawah ini.
Pendidikan dan Ciri Khas
Mengikuti perkenbangan jaman, Pondok Pesantren Al Kamal dirancang secara terpadu, dalam arti pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren ini mensinergikan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Sehingga alumni santri–khususnya yang mukim –Pondok Pesantren ini memiliki kemampuan atau pengetahuan agama yang relatif sama dalam jenjang yang sama walaupun jenis sekolah yang diikuti berbeda. Karena para santri yang mukim diwajibkan mengikuti pendidikan keagamaan, yakni madrasah diniyah.
A. Pendidikan Kepesantrenan
Pendidikan Kepesantrenan yang diselenggarakan sudah menggunakan system clasikal atau madrasah diniyah dengan kurikulum yang disusun sendiri. Jenjang pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah, dasar dan lanjutan yakni:
1. TK Al Qur’an dan Madrasah Awaliyah (MDA). Santri yang belajar di tingakat TK benar-benar berusia dibawah tuju (7) tahun dan semuanya mukim.
2. Madrasah Tsanawiyah. santri yang belajar pada tingkatan ini adalah mereka-mereka yang duduk di MTs atau SMP. Ditingkatan ini mereka di berikan beberapa materi diantarannya: Al Qur’an, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Nahwu, Shorof, Akhlaq, kuliyah umum, bimbingan baca kitab, bimbingan sholawat Diba’ dan bimbingan berbahasa. Dengan perincian kitab-kitab yang digunakan adalah sebagai berikut ; Kelas I : Aqidah Al Awam, Sifa’ul Jinan, Akhlaq Lilbanin, Awamil Jurjani, Imla’, dan Khot serta mabadi al Fiqhiyah I, Kelas II : Aqidah Al Islamiyah, Jurumiyah,Qowa’idul I’lal, Akhlaqul Lilbanin II, Mabadi al Fiqhiyah II & III dan Al Amtsilah al Tasrifiyah, Kelas III : Taisirul Kholaq, Jawahir al Kalamiyah, Al Amriti, al Kaelani dan fiqh al Wadih, dan pelajaran - pelajaran keagamaan pesantren lainnya.
3. Madrasah Aliyah. Yaitu tingkatan ini diisi oleh para santri yang duduk ditingkatan Madrasah Aliyah atau SMK. Adapun materi yang diberikan di madrasah Aliyah adalah : Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Nahwu, Shorof, Akhlaq, kuliyah umum, bimbingan baca kitab, bimbingan sholawat Diba’ dan bimbingan berbahasa dengan perincian kitab yang digunakan sebagai berikut: Kelas I : al Sanusiyah, Al Fiyah Ibnu Malik I, Fat’hul Qorib,at Tibyan I dan Mustholahul Hadits, Kelas II : Qomi’ At Tughyan, Alfiyah Ibnu Malik II, Qowa’idul I’rob, at Thibyan II, dan Mustholahul Hadits II, Kelas III : Tafsir Jalalain, Tafsir Al Fatihah, Riyadus Sholihin, Qowa’idullughoh, dan as Sulam,
4. Madrasah Aliyah Keagamaan.Yakni program/kelas khusus, program ini diperuntukkan bagi santri yang belajar di MAK. Selain tersebut diatas ditambah dengan kitab ; al Mu’in al Mubin, Kifayatul Akhyar, Fiqih Al Sunah, Subulus Salam, Nailu al Authar, Tafsir Al Maroghi, Ilmu Ushul Fiqih dan Mabahis fi Ulumil Qur’an. Kekhususn tersebut dimaksudkan sebagai pendalaman materi pendidikan agama yang diberikan di madrasah dengan pemberian materi pendidikan agama dalam bentuk kitab kuning. Metode belajar di kelas ini lebih menekankan kemandirian kepada kajian beberapa kitab kuning dan penguasaan bahasa baik Arab maupun Inggris. Mengenai materi yang diajarkan sama dengan tingkatan madrasah aliyah yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, Fiqih, hadits, Akhalaq, Tauhid, Tasawuf, dan lain-lain. Hanya saja metode belajar di kelas ini lebih menekankan kemandirian kepada kajian beberapa kitab kuning.
5. Pengajian Kitab Tafsir. Institusi ini di asuh langsung oleh bapak pengasuh yakni Drs. KH. Mahmud Hamzah, Kemudian setelah wafat diteruskan oleh putranya Dr. Asmawi Mahfudz, M. Ag, diperuntukkan bagi orang-orang tua warga masyarakat Desa Kunir dan sekitarnya beserta para Asatidz Pondok Pesantren al Kamal yang menginginkan memperdalam kajian kitab tafsirnya. Hanya saja waktu pelaksanaanya, dengan pertimbangan waktu dan kesibukan para anggotanya satu minggu sekali. Untuk materinya dikhususkan kepada Kitab tafsirnya imam Jalaludin al Suyuti dan Jalaludin al Mahali yaitu tafsir Jalalain, yang memang sudah termasyhur dikonsumsi oleh pesantren-pesantren di Indonesia dan beberapa perguruan tinggi di dunia Islam.
6. Pengajian Alumni Pondok Pesantren. Sejak berdirinya sampai tahun 2004/2005 kemarin, Pondok Pesantren al Kamal sudah mengeluarkan tamatan kurang lebih 3056 santri dari berbagai tingkatan. Baik Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah. Mereka terkoordinasikan dalam organisasi alumni Pondok Pesantren Al Kamal. Kegiatan yang dilaksanakan oleh alumni adalah pengajian rutin ahad wage (satu bulan sekali) yang dibimbing langsung oleh bapak pengasuh. Dengan tujuan supaya para alumni secara continue masih dapat bersilaturahmi kepada almamaternya disamping mereka masih bisa memperdalam kajian kitab kuningnya. Materi yang dikaji biasannya adalah kitab-kitab tasawuf dan akhlaq, dikarenakan dengan materi ini bapak pengasuh masih dapat memberikan beberapa nasehat dan motivasi kepada para alumni dalam menghadapi kehidupan yang sangat sulit ini.
B. Pendidikan Formal
Pendidikan sekolah yang diselenggarakan di lingkungan Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N), dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Selain itu diselenggarakan pula pendidikan sekolah umum yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam bidang ekonomi SMEA.
C. Kegiatan Ekstra Kurikuler dan Ketrampilan
Kegiatan ekstra kurikuler di Pondok Pesantren dibedakan dengan kegiatan ketrampilan. Ekstra kurikuler dimaksudkan sebagai tahap pengenalan, sedangkan ketrampilan lebih menekankan kepada profesionalisme. Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan meliputi : Bahasa Arab & Inggris yang sifatnya wajib untuk kelas I MD, al Qur’an (membaca bi al nadhor, khotmil qur’an diakhir tahun untuk kelas III dan kursus ilmu tajwid), bimbingan membaca kitab dan praktek sistem bandongan pada bulan Romadhon, muhadhoroh 4 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia dan Jawa), latihan kepemimpinan, tahlil, keorganisasian diba’, dan seni baca al Qur’an, olahraga (senam pagi, jogging, sepak bola dan badminton), pramuka dan drum band.
Kegiatan ketrampilan yang diselenggarakan berbentuk kursus-kursus dan bersertifikat tingkat nasional. Dalam penyelenggaraannya Pondok Pesantren bekerjasama dengan departemen tenaga kerja dan departemen pendidikan nasional. Jenis kursus yang diselenggarakan ialah; mengetik, elektronika, sekretaris, menejemen usaha, bahasa Arab dan Inggris, menjahit, montir, peternakan, perikanan, akutansi dan komputer.
Santri, Kyai, dan Ustadz/Guru
Jumlah santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal sebanyak 2.661 anak, yang terdiri dari 985 anak laki-laki dan 1.776 anak perempuan. Mereka secara formal belajar di TK (85 anak), MI (325 orang), MTs (1.450 anak), SLTP (232 orang), SMK (30 anak) serta MA dan MAK (458 anak) tidak semua santri tinggal di Pondok, melainkan dilaju dari rumah masing-masing. Jumlah mereka hampir separohnya (30 %), sedangkan asal daerahnya sebagian besar (70%) berasal dari luar daerah kabupaten Blitar, baik propinsi jawa Timur, propinsi-propinsi di pulau jawa atau luar jawa.
Santri sebanyak itu diasuh dan dibimbing dalam belajarnya oleh dua orang kyai yaitu KH. Zen Masrur, BA dan Drs. KH mahmud Hamzah, mulai bulan September tahun 2008 setelah wafatnya KH. Mahmud Hamzah, pimpinan pesantren beralih kepada anak menantu pertamanya Yaitu Ust. Dr. Asmawi Mahfudz, M.Ag, bersama KH. Zen Masrur, BA. Yang di bantu 170 orang tenaga edukatif (ustadz/ustadzah/guru) dan 150 orang tenaga administrasi (pengurus).
Ustadz/guru 13 orang SLTA/MA, 20 orang sarjana muda/diploma III, 109 sarjana S1, seorang sarjana S2 dan 7 orang Pondok Pesantren dan pegawai 3 orang SLTA, 11 orang sarjana muda/Diploma III dan 8 orang sarjana S1. Sedangkan status kepegawaian mereka (selain kyai dan badal) adalah 71 orang PNS Departemen Agama, 15 orang PNS Departemen Pendidikan, 32 orang pegawai tetap yayasan dan 31 orang pegawai honorer.
Sarana dan Prasarana
Fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar dan administrasi yang dimiliki Pondok Pesantren ini adalah 75 ruang belajar/mengaji, 3 ruang laboratorium, 8 ruang administrasi, 3 ruang pimpinan Pondok, 8 ruang pimpinan sekolah, 8 ruang guru/ustadz, 3 ruang perpustakaan, 1 ruang pertemuan/aula, 18 ruang asrama putra, 26 ruang asrama putri, 2 buah masjid/musholla, 26 unit kamar mandi/WC, 6 unit rumah pengasuh, 4 ruang ketrampilan, 1 bidang lapangan olahraga, 9 unit peralatan olahraga, 2 ruang kesenian, 2 unit peralatan kesenian dan 5 ruang BP3.
Sumber Dana
Untuk pembiayaan kegiatan belajar mengajar administrasi pondok, sebagian besar (90% diperoleh dari SPP santri. Untuk itu pesantren sebesar ini menuntut partisipasi dari semua elemen masyarakat, baik pemerintah atau elemen masyarakat lainnya. Karena tanpa ditunjang oleh partisipasi masyarakat lainnya sulit bagi al Kamal untuk mengembangkan diri dengan lebih baik, dikarenakan tuntutan dan tantangan sistem pendidikan modern saat ini, tidak hanya mengutamakan basic pesantren tetapi juga sistem pendidikan berbasis masyarakat.
Progam Pengembangan
1. Mendirikan Jami’ah dan Ma’had ‘Aly. Pondok Pesantren Al Kamal sudah mempunyai pendidikan lanjutan yang memadai, disamping basic sumber daya manusia yang memadai untuk mendirikan sebuah pendidikan tinggi, untuk itu tahun 2005 dijadikan moment untuk mendirikan perguruan Tinggi (al Jami’ah) dan merintis sebuah madrasah diniyah yang dapat mengakomodasi beberapa tamatan Al Kamal agar dapat berlanjut kependidikan pesantren yang lebih tinggi dengan institusi Ma’had ‘Aly.
2. Pengembangan Pondok Pesantren
Progam pengembangan Pondok Pesantren yang dilaksanakan pada tahun 2005/2006 meliputii fisik dan non fisik. Pengembangan fisik yang dilakukan adalah; a). penyelesaian bangunan serambi mushola, merehab(memperbaiki) bangunan asrama santri, menyelesaikan bangunan lokal kelas Madrasah Diniyah al Kamal, membangun asrama putri yang dari tahun ke tahun nampaknya sudah tidak memenuhi kapasitas, membangun asrama TK al Qur’an.
3. Pengembangan Masyarakat
Pengembangan ekonomi masyarakat sekitar diupayakan oleh koperasi Pondok Pesantren (Kopontren Al Ittihad) bekerjasama dengan pihak terkait, yaitu; menanam pohon jati emas bekerjasama dengan pemda setempat, membuka usaha agribisnis pertanian, mengupayakan peningkatan kesejahteraan petani dan bekerjasama dengan pengusaha dalam berbagai bidang yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Blitar, 02 Maret 2009 M
Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal
Dr. Asmawi Mahfudz, M.Ag
Minggu, Juli 31, 2011
Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal
22.34
No comments
0 Post a Comment:
Posting Komentar